Sabtu, 22 Januari 2011

KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA


A. PENGERTIAN KALIMAT
Sekurang –kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tulisan, harus memiliki subjek (S) dan prediket (P). Kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur prediket, pernyataan itu bukanlah kalimat. Dengan kata yang seperti itu hanya dapat disebut sebagai frase. Inilah yang membedakan antara kalimat dan frase.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intinasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).

B. UNSUR KALIMAT
Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari kalimat yang akan membentuk kalimat yang mengandung arti atau disebut juga dengan Unsur Kalimat. Unsur-unsur inti kalimat terdiri dari SPOK :
 1. Subjek / Subyek (S)
 2. Predikat (P)
 3. Objek / Obyek (O)
 4. Keterangan (K)


C. POLA KALIMAT
Setelah membicarakan beberapa unsur yang membentuk sebuah kalimat yang benar, kita telah dapat menentukan  pola kalimat dasar itu. Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1. KB + KK                : Mahasiswa berdiskusi
2. KB + KS                 : Dosen itu marah
3. KB + KBil               : Harga buku itu sepuluh ribu rupiah
4. KB + (KD + KB)    : Tinggalnya di Palembang

D. KALIMAT EFEKTIF
Kalimat Efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan –gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin.
Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri –ciri khas, yaitu
1. Kesepadanan struktur
2. Keparalelan bentuk
3. Ketegasan makna
4. Kehematan kata
5. Kecermatan penalaran
6. Kepaduan gagasan
7. Kelogisan bahasa.

1. Kesepadanan Struktur.
Yang dimaksud dengan kesepadanan adalah keseimbangan anatara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat ini memiliki beberapa ciri, yaitu :
a. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Contoh :
1. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
2. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar).
b. Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh :
1. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen. (Salah)
2. Saat itu saya kurang jelas. (salah)
Kalimat yang diperbaiki,
1. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen. (Benar)
2. Saat itu bagi saya kurang jelas.(Benar)
c. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh :
1. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
2. Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Kalimat yang diperbaiki,
1. Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. (Benar)
2. Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
d. Prediket Kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
1. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
2. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Kalimat yang diperbaiki,
1. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. (Benar)
2. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting. (Benar)

2. Keparalelan bentuk
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu.
Contoh :
            a. Harga minyak dibedakan atau kenaikan secara luwas.
b. Tahap terakhir penyelesaian gabung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerapan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat yang diperbaiki,
a. Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tmbok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

3. Ketegasan makna
Yang dimaksud dengan ketegasan makna adalah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membedakan penekanan dalam kalimat.
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu didepan kalimat (di awal kalimat)
            Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah Presiden mengharapkan
b. Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta –juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak –anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta –juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak –anak terlantar.
            c. Melakukan urutan kata yang bertahap
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
            d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
            e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan)
Contoh :
Saudaralah yang bertanggung jawab.

4. Kehematan kata
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frase, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata –kata yang dapat menambahkan kejelasan kalimat. Penghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
a. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Contoh :
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu. ( Salah)
Karena tidak diundang, dua tidak datang ke tempat itu

b. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Contoh :
Ia memakai baju merah muda (Salah)
Ia memakai baju merah (Benar)

c. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat
Contoh:
Dia hanya membawa badanya saja (Salah)
Dia hanya membawa badannya (Benar)

d. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata –kata yang berbentuk jamak.
Contoh :
Para tamu – tamu (Bentuk tidak baku)
Para tamu (bentuk baku)

5. Kecermatan penalaran
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalaimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda. Dan tepat dalam pemilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
b. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima rupiah.
Pada kalimat 1 memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguruan tinggi.
Pada kalimat 2 memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.

6. Kepaduan gagasan
Yang dimaksud dengan kepaduan adalah kepaduan pertanyaan dalam kalimat itu sebagai informasi yang disampaikannya tidak terpecah –pecah.
a. Kalimat yang padu tidak bertele –tele dan tidak mencerminkan cara berfikir yang tidak simetris.
b. Kalimat yang padu menggunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat –kalimat yang berprediket pasif persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara prediket kata kerja dan objek penderita.


7. Kelogisan bahasa.
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Penulisan kalimat dibawah ini.
            a. Waktu dan tempat kami persilahkan.
            b. Untuk mempersiapkan waktu, kami teruskan acara ini.
            c. Haryanto Abri meraih juara pertama Jepang Terbuka.
Kalimat diatas tidak logis (tidak masuk akal). Yang logis adalah sebagai berikut.
            a. Bapak Menteri kami persilahkan.
            b. Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini.
            c. Heryanto Abri meraih gelar juara pertama Jepang Terbuka.











Daftar Pustaka

Blakely J. H, Bade D, 2005, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan, Pustaka Setia, Bandung.
Dari berbagai Sumber, 2010, Padang.